1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil? Filosofi Pratap Triloka adalah semboyan yang dicetuskan oleh KI Hajar Dewantara. Beliau adalah pahlawan pelopor pendidikan di Indonesia dan kelahirannya kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Filosofi Pratap Triloka terdiri dari tiga semboyan yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Semboyan tersebut memiliki arti di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi dan di belakang memberikan dukungan. Dari tiga semboyan tersebut, Tut Wuri Handayani digunakan sebagai Slogan Pendidikan di Indonesia. Semboyan yang dicetuskan oleh KI Hajar Dewantara tersebut seolah menjadi semboyan yang tidak lekang oleh zaman. Di era sekarang, yang bisa kita sebut dengan era globalisasi pun semboyan tersebut masih sesuai dengan kondisi pendidikan di zaman sekarang. Dalam semboyan tersebut seorang guru harus memberikan contoh/tauladan yang baik bagi siswanya. Tauladan tersebut berupa praktik baik dan karakter baik yang diperlihatkan guru kepada siswa sehingga menjadikan siswa pribadi yang terbiasa dengan lingkungan yang baik, diharapkan dengan pembiasaan lingkungan yang baik dapat membentuk karakter siswa yang baik pula. Semboyan ing madya mangun karsa digunakan guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk memberikan motivasi kepada siswa tentang apa yang dipelajari dan hal baik yang harus dipraktekkan siswa. Di era globalisasi ini, pembelajaran tidak lagi hanya berkutat pada apa yang disampaikan guru saja, tetapi guru lebih ke arah fasilitator yang memfasilitasi siswa dalam pembeajaran. Siswa dapat mengakses pengetahuan mereka dari berbagai sumber. Teknologi informasi dan komunikasi yang sangat berkembang pesat menjadikan siswa dapat belajar lebih luas. Disinilah peran guru sebagai pemimpin pembelajaran dituntut untuk dapat mengelola pembelajaran yang berkualitas dengan memanfaatkan sarana dan prasarana di sekitar. Penggunaan teknologi digital juga memiliki efek negatif. Disinilah peran guru dalam mengambil keputusan dalam pemimpin pembelajaran diuji. Guru diharapkan mampu mengelola pembelajaran dengan memanfaatkan sarana teknologi dengan meminimalkan atau bahkan menghilangkan efek negatif dari sarana tersebut. Hubungan slogan yang ketiga pada Pratap Triloka, tut wuri handayani dengan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran adalah seorang guru mendukung dalam pengembangan potensi siswa. Setiap siswa memiliki potensi pribadi masing-masing. Guru dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki siswa dan memberikan dukungan terhadap potensi mereka. Dukungan potensi dapat dilakukan guru dalam pembelajaran, guru dapat menerapkan pembelajaran differensiasi yang mendukung setiap potensi dan karakteristik setiap siswa. Dengan guru memberikan dukungan terhadap potensi siswa, menjadikan siswa nyaman dalam belajar dan mereka juga dapat mengembangkan potensi dalam dirinya. 2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? Pendidikan karakter adalah pendidikan yang beberapa tahun terakhir ini di kobarkan pemerintah dalam pendidikan Bangsa Indonesia. Karakter yang positif dalam pembelajaran dapat diciptakan dari lingkungan sekolah yang menerapkan budaya-budaya positif. Di mulai dari budaya positif yang dibiasakan di luar pembelajaran/ dalam kegiatan sekolah sampai budaya positif yang terintegrasi dalam pembelajaran. Nilai-nilai dalam budaya positif dapat diterapkan guru dalam pembelajaran sosial emosional. Secara tidak langsung guru menanamkan emosional yang positif kepada siswa melalui kegiatan bernafas sebelum pembelajaran, meditasi, mengungkapkan perasaan, jujur, tanggung jawab dalam pembelajaran dan lain sebagainya. Dalam penerapan pembelajaran maupun budaya positif tersebut, tentu kita menghadapi dilema antara nilai yang sama-sama benar menurut kita. Nilai-nilai tersebut yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar. Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Bagaimanapun juga fokus utama kita sebagai pendidik adalah murid sehingga dalam menghadapi dilema dalam proses pembelajaran kita perlu menerapkan beberapa tahapan langkah yang kita tempuh sehingga dapat menghasilkan keputusan yang bijaksana dan berpihak pada murid sesuai dengan tujuan kita. 3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya. Kegiatan coaching yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan memiliki peran yang sangat besar dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Seperti yang kita ketahui bahwa coaching adalah kegiatan pengambilan keputusan dimana coach (orang yang memiliki permasalahan) membimbing coachee menemukan potensi dirinya dalam menemukan solusi dari permasalahannya. Kegiatan coaching ini dapat kita lakukan dengan siswa atau rekan sejawat. Dengan melakukan coaching dengan siswa, kita dapat melatih siswa untuk mengambil keputusan terhadap permasalahannya sendiri dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Kegiatan ini juga dapat melatih siswa untuk mengebali potensi dirinya, berfikir tentang solusi atas permasalahannya dan mempertanggungjawabkan sendiri apa yang sudah dia tetapkan sebagai solusi atas permasalahannya. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan? Sebagai seorang guru yang bertugas sebagai fasilitator dalam pembelajaran, guru bertugas membimbing siswa dalam menemukan nilai-nilai yang perlu dikuasai siswa dalam pengambilan keputusan. Termasuk mengenai pembelajaran sosial emosional siswa dalam pengambilan keputusan. Sebagai guru, kita harus sabar dalam membimbing siswa menemukan potensinya karena hal tersebut adalah tujuan kita dalam menjadikan siswa yang dapat memiliki bekal untuk memanfaatkan dan menggali potensinya dalam memecahkan masalah. Guru harus menahan diri untuk tidak memberikan solusi permasalahan tetapi tetap memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik yang dapat menggiring siswa menemukan potensinya dan menentukan rencana aksi apa yang akan dilakukannya untuk menyelesaikan permasalahannya. Dengan siswa mampu menyusun rencana aksi nya sendiri, diharapkan siswa akan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah direncanakan. Peran guru dalam hal ini hanya sebagai pemantau terhadap tanggung jawab yang dilakukan siswa. 4. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik. 5. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman? Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya keputusan yang tidak berpihak pada satu pihak/aspek dan memiliki resiko yang sangat minim menjadikan keputusan tersebut merupakan keputusan yang bijaksana bagi semua pihak. Dengan kebijaksanaan keputusan tersebut tentunya menjadikan suasana lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Kemampuan semua warga sekolah dalam pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak positif di lingkungan sekolah yang nantinya akan menjadikan bekal siswa dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat. 6. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda? Pepatah mengatakan tidak akan ada kegiatan tanpa kesulitan, dan tidak akan ada kesulitan tanpa jalan keluar. Segala sesuatu yang kita putuskan, pasti juga memiliki resiko kesulitan. Meskipun kesulitan tersebut dapat kita minimalisir, tetapi kesulitan tersebut tidak dapat kita hilangkan begitu saja. Pengambilan keputusan yang bijaksana pasti sudah memikirkan jalan keluar dari kesulitan yang akan dihadapi. Kasus dilema etika yang kita hadapi pasti memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda dalam pelaksanaannya. Perubahan paradigma tidak bisa kita jadikan masalah dalam kesulitan pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan perubahan paradigma yang positif tentu akan memudahkan kita mengambil suatu keputusan yang tepat. 7. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Pengambilan keputusan yang kita ambil tentu sangat berpengaruh terhadap pembelajaran yang memerdekakan murid. Pengaruh tersebut dapat baik dan dapat juga buruk. Pengambilan keputusan yang menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan dan mempertimbangkan beberapa nilai memusatkan pada kebaikan siswa tentu akan menjadi dampak yang positif bagi siswa. Dengan demikian, guru sebgai pemimpin pembelajaran harus memusatkan perhatian dalam pengambilan keputusan kepada kepentingan siswa. Sebagai guru, tentu tujuan kita adalah menjadikan siswa generasi yang dapat kita andalkan dalam masa depan, sehingga apapun keputusan yang kita ambil, kita juga harus menjadikan kebaikan bagi siswa kita sebagai pertimbangan utama. 8. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya? Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya. Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. 9. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya? Kesimplan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah : Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.07 Juni 2022
3.1.a.8 Koneksi Antar Materi- Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
PPDB
- Home
- Berita
- Pendidikan