19 Januari 2023
Guru dan Siswa SD Ramai-ramai Membatik di SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo
Banyak masyarakat yang mencintai batik, memakai pakaian batik yang harganya sangat mahal sekalipun. Namun mereka belum pernah merasakan, ternyata betapa sulitnya belajar membatik. Harus telaten, harus teliti dan yang paling penting juga harus memiliki kesabaran yang luar biasa.
Itulah ungkapan Tri Susanti, S.Pd guru SDN Kemiri Buduran Sidoarjo saat mengantar siswa-siswinya dalam kegiatan ‘Kunjungan Sekolah dan Belajar Membatik Bersama SMP Sepuluh Nopember’ Sidoarjo, pada Kamis (19/1/2023) pagi.
Menurutnya saat menorehkan lilin ke pola itu sangat susah sekali. Apalagi kondisinya sangat panas, jangan sampai lilinya jatuh atau menetes. Untuk memegang Canting (alat pembatik_red) saja baru pertama kali ini. “Waduh ternyata sangat susah sekali. Makahnya harganya sangat mahal,” ungkapnya.
Sri Ratnawati, S.Pd guru SDN Pucang V Sidoarjo juga mengalami hal yang sama, setelah mencoba ternyata sangat sulit sekali. Jadi batik ini merupakan warisan leluhur, budaya Indonesia yang perlu dilestarikan. Seluruh masyarakat Indonesia hampir semuanya senang memakai batik, namun yang melestarikan sangat jarang sekali, bahkan sangat langka sekali. “Saya saja baru kali ini memegang Canting (alat pembatik_red). Ternyata mudah dilihat dan susah untuk dilakukan. Tapi saya senang sekali,” katanya.
“Sulitnya adalah saat mengambil, mengatur lilinnya agar tidak menetes, saat menorehkan ke pola/kain juga harus proporsional, tidak melebar. Jadi akurasinya harus betul-betul pas, harus tepat. Yang paling penting tidak menetes di luar garis atau pola yang sudah ditentukan, kalau menetes di luar pola bisa disebut dengan cacat, efeknya akan berpengaruh terhadap nilai jual,” terang Tri Susanti.
Oleh karena itu, kedua menyimpulkan kalau program yang digagas SMP Sepuluh Nopember ini sangat bagus sekali, sangat perlu dikembangkan ke sekolah yang lain dan perlu ditindaklanjuti. Mereka sangat perlu sekali dikenal, bahkan sampai dipraktekkan membatik sejak dini. Kalau bukan kita lalu siapa lagi yang melestarikan budaya tradisional yang ada di Indonesia ini. “Sekali lagi, ternyata membatik tidak gampang, sangat sulit dan butuh ketelatenan, makanya saya beharap perlu sekali dipernalkan sejak dini,” harap Tri Susanti.
Sementara itu Wahyudi, S.Pd guru Seni Budaya SMP Sepuluh Nopember menjelaskan kalau sangat perlu sekali memperkenalkan batik kepada anak-anak SD ini. Warisan tradisional ini sangat perlu sekali dilestarikan. Minimal anak-anak ini minimal bisa mengetahui motif batik, serta pola-polanya juga cara menyantingnya. “Selain itu, kami juga membekali anak-anak bila dewasa nanti sudah tahu kalau warisan budaya kita sangat luar biasa,” jelasnya.
Lanjutnya, anak-anak ini sudah kami ajari sejak awal bagaimana proses pembuatannya. Mereka kami kenalkan mulai dari tahu alat atau sarana dan prasaranannya. “Mereka juga kami ajari mulai desain, canting hingga pewarnaan. Minimal mereka mengerti cara memegang canting hingga menuangkan ke kain yang sudah terpola. Sehingga akan mempunyai rasa proses membatik itu seperti apa,” tandas Wahyudi.
Kegiatan yang bertemakan ‘Pesona Batik SPUBER Wujud Akulturasi Budaya Sidoarjo’ dengan mengangkat kearifan lokal tersebut, telah dihadiri oleh sekitar 15 perwakilan sekolah dasar yang ada di Sidoarjo.(mad)